Jumat, 10 Januari 2014

Cerpen Rere & Pohon Impian oleh Irena | TV Rusak Event In January

0

Cerpen ini ditulis oleh Irena Widya Sari dalam rangka TV RUSAK EVENT "Sejuta Pohon Untuk Dunia". Anda juga bisa mengirimkan cerita baik itu artikel, cerpen, atau puisi ke tvrusaknews@tvrusak.com. Keterangan lebih lanjut, klik link INI.



Rere dan Pohon Impian

 
Disebuah desa ada seorang anak kecil bernama Rere yang tinggal bersama sang nenek. Sejak kecil Rere telah berpisah dengan kedua orang tuanya. Sang Ibu harus mengadu nasib ke negeri orang sebagai TKW, sedangkan sang ayah entah pergi kemana. Setiap hari Rere selalu ikut neneknya pergi ke alas (hutan) mencari  kayu untuk dijual ke desa sebelah. Di usianya yang seperti ini harusnya dia dapat menikmati masa sekolah tanpa harus memikirkan beban hidupnya.

Rere memiliki sahabat yang selalu membuatnya tersenyum. Sebut saja Via. Via adalah anak uragan Erlanda, orang terkaya di desanya. Ketika dirasa cukup ranting kayu yang dikumpulkan, Rere dan nenek beristirahat di bawah pohon jati yang paling tinggi dan paling besar di alas itu. Tak terkecuali Via, dia selalu datang membawa rantang makanan untuk Rere dan neneknya tanpa sepengetahuan ayahnya.
“Aku bawa makanan spesial loh…” Ujar Via.
“Waah… banyak sekali, nanti kalau dimarahin juragan gimana?” tanya Rere
“Kalau bisa ketahuan, jangan panggil aku Via” balasnya sombong
Via memang pandai main umpet-umpetan sama Ayahnya, nyaris tak pernah ketahuan sama sekali aksinya ini. Untung saja Bunda Via baik dan bisa diajak kompromi. Sehingga bisa dengan mudahnya dia lolos dengan makanan dalam rantangnya.
“Rasanya sejuk ya, duduk di bawah pohon ini.” Kata Via
“Iya, ini satu-satunya pohon yang paling besar di alas ini. Kata nenek, usia pohon ini sudah tua.”
“Waah… pantas saja pohon ini beda dengan yang lain”
Mendengar percakapan Rere dan Via, nenek pun tersenyum. Dia pun menghampiri kedua gadis kecil itu.
“Pohon ini sudah ada sejak nenek masih seusia kalian”
“Berarti pohon ini usianya sama dengan nenek dong?” celetuk Rere penasaran
Nenek hanya tersenyum. Lalu nenek menceritakan kehidupan masa kecilnya. Mulai dari desa ini masih menjadi hutan dengan tanaman buah-buahan sampai adanya proyek perluasan desa yang membabat habis pohon-pohon yang ada di alas ini. Rere dan via manggut-manggut mendengar cerita nenek.
“Jahat sekali ya mereka. Teganya menebang pohon-pohon di alas ini. Tapi nek, apa pohon buah-buahnya masih ada?” tanya Rere  makin penasaran
“Memangnya kalau masih ada kenapa? Kamu mau ambil ya?” ledek Via
“Ih, aku kan hanya ingin tahu saja” balas Rere
“Sudah, ayo kita pulang hari sudah semakin senja”
Rere, Via dan nenekpun berjalan pulang. Sepanjang perjalanan Rere memandangi pohon Jati besar itu. ‘Sampai kapanpun aku akan selalu melindungi dan menjagamu. Takkan kubiarkan tangan ganas mereka menyentuh dan merebutmu dariku’ batin Rere.

Hari demi hari telah berlalu. Rere tumbuh menjadi anak remaja yang cantik. Rere sekarang sudah SMA. Berkat bantuan pemerintah dan kiriman uang dari Bundanya dia dapat bersekolah layaknya anak-anak yang lain. Namun, Rere tak lagi bersama-sama dengan Via. Karena juragan Erlanda menyekolahkannya ke Kota. Sebelumnya, Via dan Rere telah menanam beberapa bibit pohon jati pemberian pak Amat pengelola kebun. Mereka menanamnya tepat di sebelah pohon tua, agar si tua mempunyai teman.

Tapi kini hanya tinggal Rere, Pohon Jati tua dan pohon-pohon jati kecil yang masih dalam masa pertumbuhan. Nenek sudah semakin renta, sehingga tak dapat lagi mencari kayu di alas. Rere lah yang menggantikan tugas nenek. Dia mencari kayu setelah pulang sekolah. Rere tak pernah malu menjadi gadis pencari kayu bakar. Jika dia malu, dia dan neneknya tidak akan bisa makan dan bertahan hidup.

Suatu hari, sepulang dari sekolah Rere langsung ke alas untuk mencari ranting kayu yang jatuh. Namun dia mendengar suara gemuruh dari tengah alas. Karena penasaran, diapun mencari sumber suara. Betapa terkejutnya dia melihat robot-robot besar yang sedang menggaruk tanah. Dan di sampingnya banyak batang pohon yang terbaring tanpa daunnya. Kali ini Rere benar-benar tak habis pikir, apa yang akan mereka lakukan dengan hutan ini? Apakah akan terjadi lagi penggundulan hutan seperti yang diceritakan Nenek? Tanpa pikir panjang lagi, Rere langsung pergi ke rumah pak Kades tanpa memperdulikan kayu-kayu yang telah ia kumpulkan. Ini jauh lebih penting.

Sesampainya disana, bukannya mendapat dukungan justru dia mendapatkan teguran. Bapak Kepala Desa menjelaskan bahwa itu merupakan proyek pembangunan jalan raya, untuk mempermudah akses Desa menuju Kota tanpa harus berjalan jauh keluar hutan. Itu juga dapat memudahkan para petani menjual hasil kebun mereka ke Kota.

Merasa usahanya sia-sia diapun pulang ke rumahnya. Bingung harus berbuat apa. Jika protes, disangkanya melawan petugas, tapi kalau diam saja dia juga akan kehilangan pohon-pohon kecilnya dan juga si tua. Mereka dengan indahnya menebang pohon tanpa menanaminya lagi. Padahal itu akan membawa effect samping yang buruk bagi bumi ini. Kalau semua hutan dijadikan proyek pembangunan, lalu dimana tempat yang menjadi lahan serap? Justru itu membuka peluang terjadinya bencana alam. 

Malam ini Rere tak bisa tidur. Dia masih khawatir dengan pohon-pohon kenangannya dan Via. Padahal dulu mereka telah berjanji akan selalu menjaga pohon itu sampai tumbuh besar. Dan si tua biar tumbang dengan sendirinya. Tapi apa yang dikatakan pak Kades ada benarnya. Proyek itu juga bisa membuat desa kami makin di ketahui dan makin maju.
“Re, kamu kenapa kok belum tidur?” tanya nenek agak sedikit terbata-bata.
“Nggak ada apa-apa nek, Rere belum ngantuk juga” jawabnya datar
Dia tak ingin nenek tahu apa yang sedang dia pikirkan, karena dia tak ingin membuat nenek cemas. Tapi, sepandai-pandai orang mengubur bangkai tikus pastia akan tercium juga. Nenek tahu apa yang Rere khawatirkan.
“Nenek juga pernah kecil, dan nenek juga pernah merasakan apa yang kamu rasakan saat ini. Dulu mereka tak memperdulikan apa yang nenek katakan”
“Maksud nenek?” tanyanya heran
“Kamu lihat bunga-bunga yang ada halaman rumah Via. Sangat Indah. Ada orang yang sangat menyukai bunga dan adapula yang alergi dengan bunga. Ada yang butuh bunga dan ada juga yang tidak begitu membutuhkannya. Tapi, kamu lihat pohon-pohon di alas. Pasti semua orang suka bahkan membutuhkannya. Tanpa ada pohon, bumi ini akan panas, gersang. Tapi ada masanya nanti pohon itu akan tumbang dan dimanfaatkan sebagai bahan lain.” Rere masih bingung akan perkataan neneknya. “Jika mereka suka menebang suka-suka, maka jadilah kamu orang pertama yang menanamnya kembali. Menanam itu mudah.” Nenek tak melanjutkan kata-katanya lagi dan kembali tidur.

Rere mengerti apa yang dikatakan oleh nenek. Sayangnya pohon tak bisa bicara. Andaikan bisa, mungkin dia akan memberontak kepada mereka yang akan menebangnya sesuka hati.

Keesokan harinya, Rere kembali ke rumah pak Kades. Dia meminta agar pohon-pohon hasil tanamnya jangan ikut di tebas. Karena jika semua pohon di tebas habis, maka dia akan kehilangan mata pencahariannya. Rere juga mengajak teman-temannya menanam pohon disekolah, dia menjelaskan bahwa menanam itu mudah. Hanya perlu bibit dan lahan. Kalau tak ada bibit dan lahan, kita bisa memanfaatkan yang ada. Seperti menanan biji papaya, itu lebih mudah dan murah. Asalkan dirawat dengan baik, pohon-pohon itu akan cepat tumbuh. Rere berharap bahwa pohon-pohon itu akan tumbuh besar dan indah. 

Rere menyimpan sejuta harapan pada pohon Impiannya. ‘katanya 10kg tissue membutuhkan pohon yang berusia 10 tahun, maka kali ini 10 tahun nanti sudah ada sepuluh cabang lahan pohon papaya dan pohon Jati di negeri ini. Asal tekun kenapa tidak?’ batinnya. Kata pak Amat, jika semua orang berfikir sama dengan mereka yang tak perduli lingkungan, maka bumi ini akan semakin hancur. Maka dari itu kita harus berfikir beda dengan mereka. Kalau bukan kita yang merawatnya siapa lagi?





My Biodata!
Nama               : Irene Widya Sari
Sekolah           : SMAN 4 Batam
Hobby             : Menulis, main blog, makan dan nonton
Cita-cita          : Ingin jadi penulis
Email               : Irenewidyasari97@gmail.com
                           Irene.widyasari@yahoo.com
Mau kenal lebih dekat bisa follow twitterku: @mbk_Dya dan facebook : Irene Widya Sari J
Pesan: Pohon adalah ibu kehidupan, tanpa pohon manusia akan sengsara. Tak akan ada teman yang menghasilkan oksigen banyak untuk kita hirup. Semua orang pasti butuh pohon. So, ‘Gak ada pohon gak bagus’
Author Image

About Tv Rusak News
Soratemplates is a blogger resources site is a provider of high quality blogger template with premium looking layout and robust design

Tidak ada komentar:

Posting Komentar