Artikel ini ditulis oleh Erry H. Anggraini dalam rangka TV RUSAK EVENT "Sejuta Pohon Untuk Dunia". Anda juga bisa mengirimkan cerita baik itu artikel, cerpen, atau puisi ke tvrusaknews@tvrusak.com. Keterangan lebih lanjut, klik link INI.
ANAK
TERLANTAR
Oleh : Erry H. Anggraini*)
Gerakan
nasional menanam pohon yang diadakan dari tahun ke tahun, apalagi berjumlah jutaan, bahkan satu milyar pohon, sungguh sangat
menggembirakan. Apalagi hal ini
melibatkan banyak komponen masyarakat, dari rakyat sampai presiden, dari anak sekolah, warga masyarakat biasa,
sampai pejabat negara. Diliput dan
diberitakan juga oleh berbagai media, sejak persiapan pembibitan sampai dengan
penanaman.
Di
tengah gegap gempita gerakan penghijauan dan penanaman pohon itu, ada satu hal yang sesungguhnya masih sering
membuat saya penasaran. Tentang
kelangsungan hidup jutaan pohon, bahkan
satu milyar pohon yang telah ditanam itu bagaimana? Kok media tidak pernah memberitakan lagi
kelanjutannya? Bagaimana ‘nasib’ jutaan ‘bayi-bayi
pohon’ alias bibit pohon yang telah ditanam itu sekian bulan berikutnya? Atau setahun, bahkan beberapa tahun
berikutnya? Apakah mereka semua tumbuh
sesuai harapan? Atau ada sekian persen
yang ‘tidak selamat’? Berapa persen? Apa penyebabnya? Apa langkah berikutnya?
Saya
menunggu-nunggu gerakan merawat atau memelihara pohon, yang gaungnya tidak
kalah heboh dengan gerakan menanam pohon.
Pencarian lewat Mbah Google tentang hal ini menghasilkan berita yang
jauh dari harapan saya. Ya, terus terang
saya kecewa. Perawatan dan pemeliharaan
pohon penghijauan itu rata-rata masih sebatas wacana dan himbauan saja. Duh, jangan-jangan bibit pohon yang dulu
ditanam, yang notabene masih ‘bayi’ itu, hanya sebagian saja yang berhasil
tumbuh menjadi ‘anak-anak’! Dan
‘anak-anak’ ini pun siapa yang mengurusi?
Saya berdoa, semoga saja ‘mereka’ tidak menjadi ‘anak- anak terlantar’. Semoga sebagian besar dari ‘mereka’ tumbuh
sehat dan bahagia di lahan-lahan penghijauan itu hingga usia ‘dewasa’. Dan akhirnya kelak menjadi pohon tua yang
kembali akan digantikan oleh pohon-pohon yang lebih muda.
Di
alam bebas, siklus hidup pohon yang dimulai dari biji, bertunas, hingga tumbuh
terus sampai menjadi pohon dewasa memang lazimnya akan ada ‘bayi-bayi’ yang
tidak selamat. Entah karena kekeringan,
diserang hama, terkena penyakit, dan sebagainya. Pohon-pohon penghijauan menurut hemat saya pertumbuhannya
harus terus mendapat campur tangan kita manusia. Mengapa?
Ya karena kita lah yang ‘melepas’ mereka ke sana, ke lahan-lahan
penghijauan, yang sebagian adalah lahan marjinal. Lahan marjinal itu kan lahan yang kondisi
tanahnya ‘miskin’ alias tidak bisa
diharapkan bisa ‘memberi makan’ tanaman disana dengan layak. Agar bisa layak untuk pertumbuhan para ‘bayi’
dan ‘anak’ pohon tadi, manusia lah yang harus terus terlibat. Harus terus memikirkan kelanjutan nasib
mereka, apalagi bila ada masa-masa dimana cuaca sedang sangat ekstrem
kondisinya. Musim kemarau panjang, musim
angin kencang, dan sebagainya. Manusia
lah yang harus menambahkan kompos, menambahkan pupuk, melakukan penyiraman di
musim kering, membuang daun dan cabang-cabang tua, dan seterusnya.
Bukan
mustahil, gerakan menanam pohon ini akhirnya akan menggiring warga masyarakat
terlibat aktif dalam penanggulangan sampah, khususnya sampah organik.
Contohnya, mayarakat diminta untuk ikut peduli terhadap nasib para ‘bayi’ pohon
penghijauan dengan cara menyediakan kompos dari sampah organik rumah
tangga. Bila tidak memungkinkan tiap
rumah membuat kompos sendiri, bisa saja dikoordinir di tiap RT atau RW. Dikelola sedemikian rupa, sehingga tiap rumah
menyetorkan sampah organiknya pusat produksi kompos di RT dan RW-nya
masing-masing. Cara ini secara tidak
langsung juga sudah membuat sampah organik terpisah dari sampah anorganik
seperti plastik dan kaleng. Sehingga
sampah-sampah yang akhirnya tiba di tempat pembuangan sementara (TPS) maupun tempat
pembuangan akhir (TPA) tidak busuk-busuk amat seperti sekarang ini.
Ke
depan, saya berharap semua pihak yang tadinya terlibat dalam gerakan menanam
juga aktif dalam gerakan memelihara pohon penghijauan. Dari mulai anak sekolah, warga masyarakat biasa,
LSM-LSM terutama LSM lingkungan, sampai pejabat negara. Pejabat dari tingkat kelurahan, kecamatan,
sampai pemerintah pusat juga aktif memantau dan mengkoordinir nasib pohon-pohon
penghijauan. Media ikut memberitakan
kelanjutan dari gerakan menanam pohon ini.
Lebih bagus lagi kalau sejak awal sudah ada skedul dan target
pemeliharaan pohon tersebut. Kalau di
awal penanaman belum ada, ya segera dibuat.
Dibicarakan bersama dan ditentukan siapa penanggung jawabnya, siapa
nanti yang akan melaksanakan, darimana biayanya, dan seterusnya. Dengan begitu, ‘bayi-bayi hijau’ alias
bibit-bibit pohon yang telah kita tanam akan tumbuh sesuai harapan. Sama sekali tidak akan tumbuh merana, menjadi
‘anak-anak’ yatim piatu yang terlantar di lahan marjinal.
Setelah
semua upaya itu, kita semua barulah layak untuk berharap bisa memetik hasil
dari satu milyar pohon itu. Berupa apa?
Banyak. Ya, setidaknya kita akan
lebih mendapat pasokan oksigen kan?
Burung-burung, kupu-kupu, dan banyak serangga juga akan lebih semarak
kehadirannya karena keberadaan pohon-pohon itu.
Akan ada milyaran daun yang akan menyerap gas CO2 alias karbondioksida
yang dituding sebagai penyumbang terbesar dalam pemanasan global. Lewat proses
fotosintesis, mereka, daun-daun itu,
melepas O2 alias oksigen ke udara, menebar kesejukan untuk kita semua
dan lingkungan sekitarnya. Bumi yang di sana-sini terancam jadi kering gersang
nan menyesakkan, akan menjadi tempat tinggal yang lebih nyaman dan
menyenangkan. Jadi, tunggu apalagi? Mari ikut serta memelihara !
*) Erry H. Anggraini,
alumnus Institut Pertanian Bogor, tinggal di Bekasi. Penggemar tanaman hias dan pohon buah-buahan
yang hobi membaca dan browsing sana-sini.
Amat bahagia dengan maraknya gerakan menanam pohon beberapa tahun
terakhir ini, dan berharap besar semoga gerakan ini benar-benar akan terus
berkelanjutan dengan gerakan pemeliharaan
yang sama bergairahnya. Semoga
upaya kita semua membawa kebaikan bagi bumi tempat tinggal kita bersama,
amin...!
**) alamat email : agussetyanto_setya@yahoo.co.id