Artikel ini ditulis oleh Kalina Maryadi dalam rangka TV RUSAK EVENT "Sejuta
Pohon Untuk Dunia". Artikel ini sudah pernah di publish Kalina Maryadi di website
Indonesiaindonesia.com. Anda juga bisa mengirimkan cerita baik itu artikel,
cerpen, atau puisi ke tvrusaknews@tvrusak.com. Keterangan lebih lanjut, klik
link INI.
Tugas
Mulia Sebuah Pohon
penulis : Kalina Maryadi
"Hooree...
aku akhirnya tumbuh menjadi besar. Menjadi kebanggaan dan perlindungan bagi
setiap orang..." kata pohon pelangi. Ya, itu adalah namaku, nama yang
diberikan seorang anak kecil kepadaku saat ingin dimusnahkan manusia-manusia
tak berprikemanusiaan itu.
Saat
itu, dia memberiku nama pelangi karena aku telah memberikan sinar terang.
Seperti pelangi dari kegelapan kehidupannya. Kegelapan dari segala kebahagiaan
hidup yang tidak pernah didapatkan. Dia adalah anak seorang pengemis. Dia
mengamen di jalan setiap hari, kehujanan, kedinginan di jalan, dan diusir serta
dihina banyak orang. Namun, hati anak itu sangat mulia. Dia menyelamatkanku
dari kondisi alam yang gersang dan memindahkanku dengan sangat hati-hati agar
aku tidak mati.
Menanam,
merawat, dan menyiramiku secara rutin. Namun, beberapa bulan berikutnya, aku
tak tahu nasib anak itu. Dengar-dengar, dia tertangkap satpol PP saat
penggusuran gepeng (gelandangan dan pengemis). Saat itu, aku ingin balik
menolongnya. Tapi, aku sudah tertancap di sini dan tak bisa ke mana-mana. Maka,
aku sangat berutang budi kepadanya. Aku berjanji pada diriku, saat besar nanti
akan menjadi pohon yang baik seperti anak itu.
"Hari
pertamaku dewasa kira-kira apa yang akan kulakukan ya?" tanya pohon
pelangi. "Aahaa. Aku tahu, aku akan berusaha melindungi orang-orang yang
berteduh padaku, baik saat panas matahari menyengat maupun hujan deras.
Tidak
lupa juga aku akan mengisap air yang banyak. Tujuannya, mereka tidak kebanjiran
saat hujan. Setelah berpikir, akhirnya datanglah tiga orang yang berteduh saat
panas matahari menyengat.
Si
pohon pun bersiap-siap melakukan tugasnya. Namun, setelah beberapa jam
berteduh, manusia itu membawa sebuah paku dan palu serta papan dari besi.
Isinya iklan badut, tukang las, dan sebagainya. Lalu, manusia itu menancapkan
papan iklan tersebut pada pohon itu.
"Aaah...
tidak. Sakit sekali rasanya. Bagaimana bisa mereka melakukan itu padaku? Dia
sudah kutolong, tapi apa balasannya? Dasar manusia tidak tahu terima kasih,
" geram si pohon pelangi.
Lima
tahun kemudian, tak terasa pohon pelangi semakin berumur. Batangnya semakin
besar dan kukuh. Walaupun tubuhnya berubah, sifatnya masih sama. Tentunya, ia
masih bertahan hidup dari ulah manusia nakal itu. Namun, di siang bolong ini
memang tidak ada yang tahu nasib seseorang. Lagi-lagi, ia masih melindungi
manusia dari teriknya matahari. Manusia itu malah membakar sampah tepat di atas
akar-akarnya yang menonjol.
"Astaga, ujian apalagi ini. Sakit sekali rasanya, panas dan hampir mati aku dibuatnya!! Tapi, aku tidak boleh menyerah. Tugasku menjaga bumi ini dari kehancuran. Untuk sementara, biarkan saja ulah manusia ini. Mungkin kelak mereka kapok dengan ulahnya sendiri. Sebab, asap polusi yang dihasilkannya akan menanamkan kuman-kuman dalam tubuhnya," ujar sang pohon.
Tahun
berganti tahun, usia pohon pelangi sudah lebih dari 20 tahun. Namun, kejadian
itu tidak membuat para manusia jera. Yang ada malah semakin menjadi.
Alhasil,
si pohon pelangi hampir saja kehilangan sebagian tubuhnya. Bahkan, sel-sel
tubuhnya hampir tinggal sedikit. Selain itu, iklan-iklan berupa
lembaran-lembaran, poster-poster, dan pamflet-pamflet terus menutupi batang si
pohon pelangi. Dengan kondisi seperti itu serta semakin besarnya lubang batang
pohon tersebut, si pohon pelangi berusaha tetap hidup selama 20 tahun ke depan.
Tetapi,
sepertinya, hal itu sulit terwujud. Hanya selang beberapa tahun, di suatu hari
dengan cuaca sangat buruk, hujan lebat disertai kilat menyambar-nyambar, si
pohon pelangi benar-benar merasa tidak kuat tagi. Akhirnya, dia mati dengan
menjatuhkan diri di atas mobil-mobil dan kendaraan bermotor.
Yaa...
si pohon pelangi merobohi beberapa kendaraan dan ada enam korban dalam
peristiwa itu. Kini tak akan ada lagi pohon yang berjasa seperti pohon pelangi.
Akankah manusia di bumi ini berhenti atas ulahnya? Ataukah mereka akan tetap
seperti itu. Hanya kitalah yang tahu jawabannya.
..
BalasHapus